Jumat, 06 Mei 2011

Sutiyoso – Busyay versus Fauzi Bowo – Kanal


Barangkali, ya barangkali hanya dalam soal adu kumis Fauzi Bowo menang dari Sutiyoso. Itupun karena Sutiyoso tidak suka memelihara kumis. Kalau suka memelihara, siapa tahu Kumis Sitoyo malah lebih baplang dari Kumis Pak Raden dalam film si Unyil.

Menurut Yudo, warga Jakarta yang tinggal di Cipete dan bekerja di divisi promosi Koran Jurnal Nasional, belum ada tindak-tanduk Fauzi Bowo dalam membangun Jakarta yang fenomenal dan dirasakan manfaatnya oleh warga Jakarta bila dibandingkan dengan pembangunan DKI Jakarta di masa Sutiyoso. “Sutiyoso telah membangun Busway dan membuat Monas lebih hijau dari sebelum-sebelumnya,” kata Yudo.

Rencana membangun Busway pada saat Sutiyoso menjadi orang nomor 1 DKI Jakarta, ditentang di mana-mana, dan diprediksi akan membuat Jakarta lebih macet. Tapi Sutiyoso diekenal keras kepala, atau tegas? Maka anjing menggong kapilah pun tetap berlalu. Jakarta ternyata tidak lebih macet setelah ada Busway. Malah Busway secara alamiah membunuh bus umum jurusan Blok M – Kota. Muncul satu dan hilang yang lain, cukup ideal rasanya. Yang bahaya, mati satu tumbuh seribu, maka jalanan akan semakin sekarat.

Sekali lagi, Busway tidak menambah macet jalanan di Jakarta. Tapi Busway belum mampu mengatasi kemacetan Jakarta seperti yang dijanjikan Sutiyoso. Sebagaimana diketahui publik, Busway dibangun dengan melakukan studi banding terhadap kota Bogota yang macet dan semerawut. Setelah Busway beroperasi, kemacetan di Kota Bogota jadi berkurang. Kenapa kemacetan di Jakarta belum berkurang walau Busway sudah beroperasi tujuh tahun ini?

Tentu ada banyak sebab. Paling utama sebabnya ialah pertambahan mobil pribadi tidak sebanding dengan pelebaran atau pertambahan jalan. Setiap tahun, pertambahan jumlah mobil mencapai 2%, sedangkan perluasan atau pelebaran jalan di bawah 1%. Lama-lama, kemacetan akan semakin parah. Lalu solusi menambah transportasi publik yang nyaman dan aman seperti Buyway, tidak berjalan secara revolusioner dan komprehensif.

Remote untuk Pintu Palang

Semestinya, seluruh jalan besar di Jakarta yang menjadi lalu lintas utama tenaga kerja yang berdatangan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, segera dilalui Busway dengan jumlah armada yang memadai. Juga lintasan Busway harus benar-benar terkunci untuk kendaran lain yang suka seenak perutnya nyelonong ke jalur Busway, terutama kendaran umum macam metromini, kopaja, atau bus.

Polisi lalulintas memang ada, tapi jumlahnya tidak memadai bila harus diperbantukan untuk membantu mengamankan jalur Busway. Sudah waktunya dibuat remote yang membuka dan menutup pintu palang jalan Busway. Seluruh jalan Busway harus dikasih pintu palang, dan hanya bisa dibuka dengan remote otomatis. Setiap unit Busway memiliki remote untuk menutup dan membuka pintu palang itu, sehingga mobil yang lain tidak bisa masuk seenaknya. Dengan terbukanya kesempatan mobil pribadi dan mobil umum lain untuk memasuki jalur Busway, terkadang membuat Busway sendiri ikut terjebak macet karena ulah mereka.

Bila jumlah Busway cukup memadai terutama di jam-jam masuk dan pulang kerja, serta jalur Busway benar-benar lancar, lambat namun pasti, masyarakat akan segera beralih ke Busway, karena bagaimanapun, untuk kendaraan umum, Busway saat ini terasa cepat, nyaman, dan aman. Taksi memang nyaman, tapi harganya mahal dan masyarakat lebih merasa nyaman naik Busway sebab merasa banyak teman yang senasib. Kadang naik taksi merasa tidak aman atau dikibuli dengan permainan argo atau diputar-putar jalan.

Ada satu pertanyaan, apakah bila Sutiyoso masih menjabat Gubernur DKI pembangunan Busway akan berkalan revolusioner dan spektakuler? Sangat mungkin, ya sangat mungkin. Sebab anak Semarang itu terlihat ngotot dalam membenahi jalanan di Jakata. Selain begitu ngotot ingin membangun Busway, Sutiyoso juga merencanakan pembangunan monorail yang kini terbengkalai, yang tersisa hanya tiang-tiang pancangnya di jalan HR Rasuna Said.

Pertanyaan lain segera menyusul, mengapa Fawzi Bowo tidak begitu berminat dan kerasan dalam melanjutkan pembangunan Busway? Barangkali, ya barangkali karena Fawzi Bowo memiliki obsesi dan pemikiran yang lain. Fawzi Bowo tentu bukan tidak prestasi dalam membangun Jakarta. Setidaknya kanal lingkar Timur yang sering ia sebut-sebut, kini pembangunannya terus berjalan walau lamban. Diharapkan kanal lingkar Timur akan tuntas pada tahun 2011 ini guna mengantisipasi banjir besar Jakarta yang datang secara periodik 5-tahunan. Secara periodik, banjir besar akan kembali menyapa Jakarta pada 2012. Semoga rencana ini segera terwujud.

Ya tentu Fauzi Bowo bukan tanpa memiliki prestasi. Tapi bila ditanyakan kepada Yudo, warga Cipete itu, bila mau adu prstasi dalam soal membangun Jakata yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, Sutiyoso masih unggul. Belum lagi kalau ditanya soal kelakar siapa yang paling pandai melucu, Sutiyoso masih menang dalam soal humor. Ya. Sutiyoso pernah mengatakan semestinya ia memperoleh Guinness  Book of Record, sebab selama 10 tahun ia menjadi Gubernur DKI, ternyata ada lima presiden yang ia layani, yaitu Pak Harto (alm), Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, dan Pak SBY.

Semestinya Sutiyoso kini memelihara kumis juga, biar public tahu, apakah akan lebih baplang dari kumis Pak Bowo?

Siapa tahu dengan cara Sutiyo memiliki kumis lebih baplang dari Pak Fauzi Bowo akan menyadarkan Sang Gubernur yang sedang berdaulat, bahwa membangun transportasi publik yang layak, aman dan nyaman, bukan hanya bisa mengurangi kemacetan, tapi akan dicatat oleh masyarakat sebagai pemimpin yang mendahulukan kepentingan mayoritas publik.

Juga mesti disadari, diam-diam Busway telah mengajarkan masyarakat untuk berdisiplin dan belajar antri. Bukankah mengajari publik agar berdisiplin dan bersedia mengantri sangat penting dalam rangka membangun karakter bangsa? Benar kan Pak Gubernur?

1 komentar:

Artikel Penting dan Berguna